Semua orang pastinya ingin menjadi orang yang cerdas. Tapi pernahkah temanmu melakukan bullying kepadamu karena kepintaranmu? Ketika kita sedang mengutarakan pendapat atau memberi jawaban dari pertanyaan yang diajukan seseorang, mungkin ada teman yang berkata seperti ini misalnya “Oke, kamu paling pintar sendiri yang lain bodoh”, “Hanya kamu yang bisa menjawab, baiklah”.
Baca Juga: Apa itu Inklusif? Arti dan Cara Menumbuhkan Masyarakat yang Bersikap Inklusif
Ketika mengalami hal seperti itu tentunya ada perasaan tidak enak dalam diri kita dan juga timbul banyak pertanyaan dipikiran kita. Mengapa? Apa ada yang salah? Apa aku terlalu “sok pintar” .Pasti timbul pikiran seperti itu dan membuat kita menyembunyikan kecerdasan itu dan banyak juga yang memilih menjadi pasif walaupun sebenarnya kita tau jawabannya. Walaupun kelihatannya sepele hal itu ternyata sangat serius karena berbahaya bagi mental seseorang yang mengalaminya. Lalu apa sebenarnya smart-shaming itu dan kenapa kita harus menghentikannya?.
Pengertian Smart Shaming
Smart Shaming (anti-intelektual) adalah sebuah tindakan mengejek atau membully seseorang yang lebih pintar dari orang lain. Kedengaran sangat aneh bukan? Tapi memang saat ini fakta di lapangan banyak masyarakat kita yang sudah terbiasa melakukannya. Banyak anak-anak sekolah yang akan mengejek temannya hanya karena lebih rajin dalam belajar dan tentunya lebih pintar darinya.
Saat anda mengutarakan kebenaran dan menunjukkan kecerdasan anda pada publik lewat media sosial contohnya, itu akan membuat beberapa orang merasa terintimidasi. Banyak dari kita tanpa sadar akan merasa terancam dengan orang yang lebih pintar merasa terhina dan merasa menjadi lebih bodoh. Dari sinilah lahirnya smart shaming.
Saat ini orang cerdas diminta tidak terdengar terlalu cerdas, tidak menunjukkan kepintarannya dan tidak menunjukkan keintelektualnya agar tidak ada orang yang merasa terintimidasi dan merasa kurang nyaman. Kebanyakan orang pintar harus melakukan itu agar mereka lebih disukai dan lebih banyak memiliki teman. Salah satu contoh dari smart shaming yang sering terjadi di Indonesia adalah ketika masyarakat kita tidak percaya dengan ucapan atau penelitian dari seorang ahli.
Dari sinilah munculnya gagasan bahwa mereka yang memiliki pendapat lebih baik dan terlihat lebih pintar sering di cap sebagai elitis, dan sombong. Berikut beberapa alasan tambahan kenapa smart shaming harus sgeera dihentikan
Kenapa Kita harus Menghentikan Smart Shaming
Smart shaming dan dampak buruk yang dihasilkannya akan semakin buruk jika kita tidak segera menghentikannya. Dampak buruk dari smart shaming antara lain.
Enggan Terlihat Lebih pintar
Jika tidak ada niat untuk terlihat pintar maka keinginan untuk belajar akan berkurang. Ini akan berdampak pada perkembangan masa depan. Anak-anak merupakan masa depan yang harus kita jaga. Jika minat belajar menjadi kurang karena smart shaming, lalu apa yang akan terjadi dengan masa depan kitar semua?
Menghalangi kebebasan Berekspresi
Salah satu hak manusia adalah kebebasan berekspresi. Dan budaya smart shaming akan menjadi penghalang kita unutk berekspresi. Kenapa? karena smart shaming merupakan tindakan bullying atau mengejek orang yang terlihat lebih pintar dan berbeda, tentunya akan membuat orang-orang pintar enggan mengutarakan ide dan gagasan baru yang mereka pikirkan.
Membuat Pandangan negatif
Jika kita terus melakukan smart shaming, pandangan buruk dan negatif terhadap orang yang lebih pintar dan lebih intelektual akan terus berkembang. Ini tentu akan berdampak pada berkurangnya minat seseorang untuk menjadi pintar.
Baca Juga: Arti Underrated dan Overrated yang ada di Sosial Media
Seolah telah menjadi budaya smart shaming akan terus ada jika kita tidak segera merubahnya. Jika menjadi pintar membatasimu maka untuk apa menjadi pintar. Kecerdasan seseorang harusnya mendapat dukungan apresiasi dan penghargaan. Jika kamu tidak pintar setidaknya jangan membenci orang yang lebih pintar darimu. Dan jika anda pintar jangan malu atau takut unutk melakukan perubahan. Mari mulai berpikir.